Valthirian Arc: Hero School Story 2 – Game RPG Tema Pendidikan

Valthirian Arc: Hero School Story 2

Valthirian Arc: Hero School Story 2 (VAHSS2) adalah game RPG yang dikembangkan oleh studio lokal Agate yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Meskipun merupakan sekuel dari VAHSS yang dirilis pada tahun 2018, Anda tidak perlu memainkan prekuelnya untuk memahami cerita dan karakter yang ada.

Gameplay dalam seri kedua ini dibagi menjadi tiga komponen utama. Pertama, masih ada elemen manajemen sekolah yang dipertahankan dari seri sebelumnya. Kedua, terdapat unsur eksplorasi, dan yang terakhir adalah sistem pertarungan. Sebelum memulai permainan, Anda akan diberikan kesempatan untuk memilih avatar karakter Kepala Sekolah yang akan merepresentasikan Anda.

Berikut tulisan selengkapnya :

Gameplay

Mari dimulai dengan membahas aspek pengelolaan sekolah. Sebagai Kepala Sekolah, tugas kamu adalah mengatur aktivitas para siswa, seperti belajar, beristirahat, atau melakukan aktivitas lainnya. Kamu juga memiliki opsi untuk membangun fasilitas baru di lahan kosong yang ada atau meningkatkan fasilitas yang sudah ada untuk membuka lebih banyak pilihan kelas, sehingga siswa dapat memperoleh atribut status yang lebih baik.

Kamu akan memulai permainan dengan satu siswa, yaitu Rodno. Selama masa tutorial, dua siswa tambahan akan bergabung untuk menemani Rodno. Setelah tiga siswa awal ini bergabung, maka dapat memilih siswa lain yang ingin mendaftar di sekolah kamu dari empat negara yang terdapat di Valthiria. Siswa-siswa yang bergabung akan memengaruhi hubungan sekolahmu dengan negara asal mereka.

Setelah memiliki cukup siswa, selanjut mengatur kurikulum mereka berdasarkan jurusan yang mereka pilih. Siswa juga dapat mengambil beberapa kelas di luar jurusan mereka, meskipun manfaatnya terbatas, karena setiap karakter siswa hanya diperbolehkan memiliki dua keterampilan / skill saja.

Valthirian Arc: Hero School Story 2

Satuan waktu dalam game ini tidak dihitung per hari, melainkan per bulan. Setelah kamu mengatur semua hal, lanjutkan ke bulan berikutnya. Setelah tiga tahun, siswa-siswa akan lulus, dan kamu akan memiliki kesempatan untuk memilih satu hadiah berupa sumber daya: uang, Arcstone, atau Prestige. Ketiga sumber daya ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas sekolahmu. Namun, menurut kami, Arcstone adalah hadiah yang paling berharga karena cukup sulit untuk diperoleh.

Meskipun sistem pengelolaan sekolah ini cukup menarik, kami memiliki beberapa keluhan terkait navigasi. Kami merasa bahwa sistem navigasi ini tidak nyaman untuk digunakan dengan kontroler, baik di PlayStation maupun Nintendo Switch, karena skema kontrolnya seolah dirancang khusus untuk Mouse dan Keyboard. Seharusnya, Agate dapat menyesuaikan navigasi untuk konsol agar lebih sederhana dan lebih ramah terhadap kontroler.

Exploration Valthirian Arc: Hero School Story 2

Selain kegiatan belajar mengajar di sekolah, kamu juga dapat mengirim siswa untuk menjalani misi di luar lingkungan sekolah. Siswa-siswa akan melakukan petualangan dan bertarung untuk menyelesaikan misi  yang berada di dunia luar. Misi yang ada tergolong standar, seperti mengumpulkan item atau mengalahkan monster. Sesi eksplorasi di dalam game ini masih mengikuti pola umum JRPG, di mana karakter kamu akan berjalan atau berlari di area terbuka dan bertemu monster di sepanjang jalan.

Yang menarik, jika kamu mengalahkan terlalu banyak monster atau mengumpulkan item di area tertentu, hal tersebut akan berdampak negatif terhadap hubungan sekolah kamu dengan negara terkait. Namun, hubungan tersebut dapat diperbaiki jika menyumbangkan sejumlah uang atau Arcstone.

Valthirian Arc: Hero School Story 2

Battle System

Sistem pertarungan adalah salah satu elemen yang mengalami perubahan terbesar dari seri sebelumnya. Pada instalmen pertama, game ini mengusung sistem Hack-and-Slash ala Action RPG, namun kini telah bertransformasi 180 derajat menjadi sistem Turn-based yang terinspirasi RPG klasik.

Perubahan ini bisa dilihat sebagai dua mata pisau. Di satu sisi, kamu mendapatkan kendali penuh atas semua karakter yang bisa dimainkan, memberikan kebebasan untuk memberi perintah, baik untuk menyerang maupun melakukan tindakan lainnya.

Pada pandangan pertama, sistem ini tampak seperti game Turn-based RPG lainnya, di mana tim kamu dan musuh bergantian menyerang saat giliran tiba. Namun, sayangnya, kami merasa sistem Turn-based ini mengganggu keseimbangan tim. Alih-alih memberikan giliran kepada semua karakter berdasarkan atribut kecepatan, kamu malah diberi kebebasan untuk memilih karakter mana pun saat giliran tim kamu datang.

Akibatnya, dalam suatu pertarungan, kamu bisa saja hanya menggunakan satu karakter terkuat untuk menyerang terus-menerus, sementara karakter lainnya hanya diam tanpa beraksi. Ini mempengaruhi keseimbangan permainan, sehingga elemen taktik dan strateginya menurun drastis.

Satu-satunya faktor yang bisa kamu gunakan untuk merumuskan strategi adalah perisai yang melindungi monster. Penerapannya mirip dengan Octopath Traveler, di mana ada ikon-ikon yang menunjukkan kelas karakter. Jika kamu menyerang dengan kelas yang tepat, perisai tersebut akan hancur.

Aspek Visual

Dari segi visual, VAHHS2 menunjukkan kemajuan dibandingkan seri sebelumnya. Gaya ilustrasi 2D-nya tidak lagi menyerupai anime Jepang, dan model karakter 3D-nya lebih baik, meskipun tetap dalam format chibi. Setiap detail-detail kecil yang ditambahkan Agate pada tampilan sekolah dan dunia luar. Namun, desain monster masih perlu perbaikan karena terlihat datar dan kurang unik, dengan banyak kemiripan dengan desain monster dari game lain, seperti Pyons yang mirip Slime dari Dragon Quest. Tampilan antarmuka juga menjadi perhatian, karena teks yang terlalu kecil menyulitkan pemain saat bermain di layar televisi.

Aspek Audio

Musik seharusnya menjadi daya tarik dalam RPG, tetapi di game ini, kualitas musiknya cukup repetitif, membuat pemain cepat merasa bosan. Suara karakter hanya terbatas pada teriakan kecil, dan tidak ada sulih suara saat percakapan panjang, menjadikan game ini terasa ketinggalan dibandingkan dengan game sejenis.

Lokalisasi dalam Bahasa Indonesia tersedia sejak rilis, tetapi masih terdapat kalimat Bahasa Inggris yang tersisa, kemungkinan akibat terburu-buru menjelang peluncuran. Meskipun mengalami peningkatan visual, aspek cerita, gameplay, audio, dan kontrolnya justru terasa lebih buruk dibandingkan pendahulunya. Jika kamu tetap ingin mencoba game ini, disarankan untuk menghindari versi konsol, karena pengalaman bermain dengan Mouse dan Keyboard kemungkinan lebih baik dibandingkan menggunakan kontroler.